Gangguan Hematologi

Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung elektrolit. Darah terdiri dari beberapa komponen diantaranya sel-sel darah dan plasma darah. Sementara sel-sel darah itu sendiri terdiri dari leukosit, eritrosit dan trombosit. Darah memiliki peranan yaitu sebagai medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luar serta memiliki sifat-sifat protektif terhadap organism sebagai suatu keseluruhan dan khususnya terhadap darah sendiri.
Hematopoiesis adalah proses pembentukan dan perkembangan sel-sel darah. Hematopoiesis terbagi menjadi eritropoiesis yaitu proses pembuntukan sel darah merah dan leukopoiesis untuk sel darah merah serta trombopoiesis untuk trombosit. Pada proses pembentukan sel-sel darah tersebut dapat terjadi berbagai macam kelainan misalnya pada etritropoiesis yaitun anemia dan polisitemia. Dan pada leukopoiesia terjadi gangguan diantaranya netrofilia, leukemia dan limfoma. Gangguan-gangguan tersebut dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh.

Kelainan Sel darah Merah
1. Anemia
Menurut definisi, anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa dan pemikiran fisik yang teliti, serta asi didukung oleh pemeriksaan laboratorium.
a. Manifestasi Klinik
Pada anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat, maka dapat menimbulkan manifestasi klinik yang luas. Manifestasi ini bergantung pada:
i. Kecepatan timbulnya anemia
ii. Umur individu
iii. Mekanisme kompensasinya
iv. Tingkat aktivitasnya
v. Keadaan penyakit yang mendasari, dan
vi. Parahnya anemia tersebut
Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O2 yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan, menimbulkan simtomatoogi sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Namun pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangannya 50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik, kecuali pada kerja jasmani berat.
Mekanisme kompensasi bekerja melalui :
i. Peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah
ii. Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin
Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan, dan redistribusi aliran darah ke organ-organ vital (deGruchy, 1978 ).
b. Etiologi Anemia
i. Karena cacat sel darah merah
Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak sekali. Tiap-tiap komponen ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan menimbulkan masalah bagi SDM sendiri, sehingga sel ini tidak berfungsi sebagai mana mestinya dan dengan cepat mengalami penuaan dan segera dihancurkan. Pada umumnya cacat yang dialami SDM menyangkut senyawa-senyawa protein yang menyusunnya. Oleh karena kelainan ini menyangkut protein, sedangkan sintesis protein dikendalikan oleh gen di DNA.
ii. Karena kekurangan zat gizi
Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan oleh faktor luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena kelainan dalam SDM disebabkan oleh faktor konstitutif yang menyusun sel tersebut. Anemia jenis ini tidak dapat diobati, yang dapat dilakukan adalah hanya memperpanjang usia SDM sehingga mendekati umur yang seharusnya, mengurangi beratnya gejala atau bahkan hanya mengurangi penyulit yang terjadi.
iii. Karena perdarahan
Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan kurangnya jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi anemia. Anemia karena perdarahan besar dan dalam waktu singkat ini secara nisbi jarang terjadi. Keadaan ini biasanya terjadi karena kecelakaan dan bahaya yang diakibatkannya langsung disadari. Akibatnya, segala usaha akan dilakukan untuk mencegah perdarahan dan kalau mungkin mengembalikan jumlah darah ke keadaan semula, misalnya dengan tranfusi.
iv. Karena auto imun
Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan menghancurkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak dihancurkan. Keadaan ini sebanarnya tidak seharusnya terjadi dalam jumlah besar. Bila hal tersebut terjadi terhadap SDM, umur SDM akan memendek karena dengan cepat dihancurkan oleh sistem imun.
c. Diagnosis (Gejala/Tanda-tanda)
Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah :
i. Kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah
ii. Sakit kepala, dan mudah marah
iii. Tidak mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi
iv. Passda anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan.
Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan, dan membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.
Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah yang meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongesif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat. Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis (sariawan lidah dan mulut).
d. Klasifikasi Anemia
i. Anemia akibat kehilangan banyak darah
Setelah mengalami perdarahan yang cepat maka tubuh akan mengganti cairan plasma dalam waktu 1-3 hari, namun hal ini akan menyebabkan konsentrasi sel darah merah menjaadi rendah.pada kehilangan darah yang kronis penderita sering kali tidak dapat mengabsorbsi cukup besi dari usus halus untuk membentuk hemoglobin secepat darah yang hilang kemudian terbentuk sel darah merah yang mengandung sedikit sekali hemoglobin, sehingga menimbulkan anemia hipokromik.
ii. Anemia Aplastik
Anemia aplastik didefinisikan sebagai pansitopenia yang disebabkan oleh aplasia sumsum tulang dan di klasifikasikan menjadi jenis primer dan sekunder.
Defek yang mendasari pada anemia aplastik adalah pengurangan yang bermakna dalam jumlah sel induk pluripoten hemopoetik dan kelainan pada sel induk yang ada atau reaksi imun terhadap sel induk tersebut, yang membuatnya tidak mampu membelah dan berdiferensiasi secukupnya untuk mengisi sumsum tulang.
iii. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik merupakan kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis DNA dan ditandai oleh sel megaloblastik.
Dinyatakan anemia, bila kadar hemoglobin (HB) pada ketinggian air laut lebih rendah dari nilai pada golongan umur yang ada, anemia megaloblastik ditandai divensiansi asam folat dan vitamin B12.
iv. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisisansi besi(ADB) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. ADB di tandai dengan anemia hipokromik mikrosister dan hasil laboratorium yang menunjukan cadangan makanan besi kosong. Berbeda dengan ADB, pada anemia pada penyakit kronik penyediaan besi untuk ertropoesis berkurang oleh karena pelepasan besi dari system retikuloen endothelia berkurang, sedangkan cadanga besi masih kurang.
v. Anemia Hemolitik
1. Anemia Hemoitik Autoimun
Anemia hemolitik autoimun merupakan suatu kelainan dimana terdapat terhadap antibody terhadap sel-sel eritrosit sehingga umur ertrosit meninggi.
2. Anemia Hemolitik non imun
Anemia hemolitik non imun merupakan kadar hemoglobin berkurang dari nilai normal akibat perusakan sel eritrosit yang lebih cepat dari kemampuan sumsum tulang untuk menggantikannya.
1. Polisitemia
a. Polisitemia Sekunder
Kapanpun jaringan mengalami hipoksia akibat terlalu sedikitnya oksigen didalam udara yang dihirup, misalnya pada tempat yang tinggi atau akibat gagalnya pengiriman oksigen kejaringan seperti pada gagal jantung, maka organ-organ pembentuk darah secara otomatis akan memproduksi sejumlah sel darah merah tambahan.polisitemia sekunder disebut juga polisitemia fisiologis.
b. Polisitemia vera (eritremia)
Selain polisitemia fisiologis ada kelainan lain yang patologis yang disebut polisitemia vera. Polisitemia vera disebabkan oleh penyimpangan gen yang terjadi disel hemositoblastik yang memproduksi sel-sel darah.
2. Polisitemia
a. Polisitemia Sekunder
kapanpun jaringan mengalami hipoksia akibat terlalu sedikitnya oksigen di dalam udara yang dihirup, misalnya pada tempat yang tinggi atau akibat gagalnya pengiriman oksigen kejaringan seperti pada gagal jantung, maka organ-organ pembentuk darah secara otomatis akan memproduksi sejumlah sel darah merah tambahan.polisitemia sekunder disebut juga polisitemia fisiologis.
Kelainan Sel Darah Putih
1. Netrofilia
Netrofilia terjadi setelah keadaan strees seperti kerja fisik berat atau penyumtikan epinefrin. Ini adalah pseudoleukositosis Karena leukosit diredistribusi, dilepaskan dari kelompok marginal kedalam sirkulasi dan dapat dihitung.
Netrofilia terdiri dari :
a. Monositosis
b. Limfositorsis
c. Leucopenia
d. Agranulositosis
2. Leukimia
Leukimia adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoietic. Leukimia terdiri dari :
a. Leukimia Akut
b. Leukimia Kronik
3. Limfoma
Limfoma merupakan golongan gangguan limfoproliferatif . penyebabnya tidak diketahui, tetapi dikaitkan dengan virus khususnya virus eksteinbarr.


Tidak ada komentar: